Kamis, 24 Desember 2009

Kain Sarung Batik yang Diminati Jepang


Cirebon tak hanya dikenal udangnya saja. Batik khasnya juga bisa menggaet minat Jepang.

Selasa, 23 September 2008, 14:58 WIB

Hadi Suprapto, Elly Setyo Rini



Cirebon tak hanya punya udang. Batik Cirebon juga menjadi andalan. Dengan ciri khas warna menyala, batik Cirebon terlihat berbeda dengan batik Yogyakarta maupun Solo. Kebanyakan batik sogan ini berwarna gelap dan dinamis. Mirip dengan batik pesisir utara lainnya, seperti Pekalongan, Lasem, dan Madura.

Lihat saja, batik Tiga Puteri. Kain sarung yang dibatik, menjadi andalannya. Batik ini khas sentuhan tangan-tangan perajin Cirebon.

Adalah Agus Purwanto bersama istrinya, Cony Kurnaeni, yang merintis usaha ini. Agus merintis sejak 11 tahun silam. Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997.

Ia terpaksa banting setir dari usaha kontraktor ke usaha batik. “Awalnya istri saya coba-coba bawa batik Cirebon ke Jakarta,” kisahnya, kepada VIVAnews, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Batik dengan merek “Tiga Puteri” yang dibawanya itu berasal dari keluarga atau kerabat yang sudah lebih dulu terjun ke dunia batik. Itu pun tak banyak, hanya 20-50 potong. Tak lama kemudian, batik Cirebon Agus peminatnya mulai banyak.

Perkembangan bisnis batik Agus dan Cony membuatnya mempekerjakan lima pembatik, setelah tahun kedua. Sekarang, mereka mempunyai 20 pembatik.

Bisnis batik Agus mampu mengantongi omset hingga Rp 100 juta per bulan, dengan persentase keuntungan 20 persen. Produk andalan Agus, kain sarung batik, dibandrol dengan harga Rp 5 juta per kain sarung.

Tingkat penjualan batik mereka semakin meningkat sejak setahun terakhir ini menempati gerai di Grand Indonesia, Jakarta.

Ternyata, batik Cirebon Agus mampu menyita perhatian turis Jepang untuk memborongnya. Ketertarikan turis Jepang pada batik Cirebon sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. “Orang tua kami yang menceritakan dan mewariskan pelanggan turis Jepang,” tuturnya.

Agus tak tahu persis mengapa turis Jepang menyukai batik Cirebon. Ia hanya menduga hal itu terkait dengan sejarah orang Jepang yang pernah tinggal di Indonesia.

Sayangnya, Agus mengakui selama ini transaksi penjualan ke Jepang tidak menggunakan dokumen ekspor, tapi melalui jasa pos. Selain karena volume transaksi yang kecil, sebagian besar pembelian dilakukan langsung turis Jepang ke gerai miliknya.

“Orang Jepang suka membeli kain panjang dengan kualitas bagus untuk dibuat pakaian atas, terutama untuk busana musim panas,” kata Agus.

Hampir satu dekade menggeluti bisnis batik Cirebon, Agus mengakui adanya persaingan ketat dengan motif batik cetak (print). Padahal, menurut dia, batik cetak tidak termasuk batik, hanya tekstil yang bermotif batik.

Batik, kata dia, hanya ada dua macam, batik tulis dan batik cap. Jika batik cetak motif batik dalam sehari bisa diproduksi ribuan lembar kain. Batik cap baru selesai setelah dua minggu hingga satu bulan per lembar. Sedangkan batik tulis bisa mencapai tujuh bulan.

Jika Anda berminat dengan batik kain sarung milik Agus, silahkan datang langsung ke Grand Indonesia Shopping Town, Jalan MH Thamrin Nomor 1 Jakarta.

• VIVAnewshttp://bisnis.vivanews.com/news/read/723-kain_sarung_batik_yang_diminati_jepang


Mudah mudahan dengan membaca artikel ini , bagi warga Sumut bisa lebih mandiri , untuk mengembangkan kreativitas kerajinan daerahnya masing - masing .

Memulai Usaha Dari Sebuah Gagasan..!

Bagi mereka yang berniat memulai usaha, pada umumnya masalah pertama yang dihadapi adalah pertanyaan tentang bidang usaha apa yang sebaiknya dijalankan.

Pertanyaan yang kelihatan remeh ini, sesungguhnya mempunyai bobot yang besar sekali artinya dan amat menentukan masa depan perusahaan yang akan didirikan tersebut. Bahkan, kemungkinan besar juga menentukan masa depan sipengusaha sendiri. Jadi, bagaimanakah cara yang paling tepat untuk menentukan bidang usaha ?

Menurut logika, sebuah usaha yang berpeluang untuk berjalan dengan lancar adalah usaha yang tingkat persaingannya kecil, tetapi tingkat kebutuhan pada konsumennya tinggi. Tentu dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya sudah terpenuhi. Untuk bisa menekan tingkat persaingan sampai sekecil mungkin, maka seyogyanya produk yang akan dijual merupakan produk yang mempunyai sifat-sifat orisinil, belum pernah dibuat orang lain, atau bila produk itu berupa produk yang sudah ada sebelumnya, sebaiknya mempunyai nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.

Banyak kejadian memperlihatkan bahwa kecenderungan orang untuk memulai usaha adalah dengan mengikuti trend saat tertentu. Misalnya, kalau sekarang banyak orang mendirikan ruko (rumah-toko) , maka dengan anggapan usaha yang diminati banyak orang itu pasti menguntungkan, lalu beramai-ramai ikut mendirikan ruko. Pola berpikir seperti ini terlalu menggampangkan, seakan-akan menyamakan trend bisnis dengan trend mode. Dibidang mode, kalau saat ini sedang digemari potongan rambut crew-cut (potongan pendek) misalnya, tidak ada masalah bagi siapa saja untuk meniru. Akan tetapi, kalau kita meniru bidang usaha yang sudah begitu banyak orang lain menjalankannya, berarti kita terjun kedalam suatu lahan yang sudah penuh sesak dengan persaingan. Sulit untuk kita bisa berkembang dalam situasi yang demikian, apalagi bila kita pendatang baru yang sudah “kesiangan” (terlambat).

Sejak tahun-tahun 1970-an, pola “ngikut trend” ini banyak dilakukan orang pada bidang-bidang yang segera menjadi jenuh, seperti mendirikan theater, klub malam, taksi, radio swasta niaga, diskotik, mendirikan apartemen, RSS (rumah sangat sederhana), wartel (warung telekomunikasi) dan lain-lain.

Di bidang finansial bahkan menjadi mode bagi sementara orang baik pengusaha maupun bukan, untuk terjun bermain valas (valuta asing), bursa saham bahkan bursa komoditi. Tidak sedikit mereka yang pengetahuannya terbatas tentang bidang-bidang tersebut ikut-ikutan bermain, lalu tiba-tiba, tanpa mengerti sedikitpun tentang alasannya, uangnya dinyatakan amblas tidak bisa dicegah lagi. Kejadian seperti ini terlalu mengerikan untuk dialami oleh setiap calon wiraswastawan yang punya idealisme.

Alex S. Nitisemito dalam bukunya “Memulai Usaha Dengan Modal Kecil”, memberikan contoh yang bagus tentang seorang pemilik kebun apel yang pada suatu hari menemukan buah apel yang jatuh ketanah bekas dimakan burung. Karena buah apel tersebut ternyata berbau anggur, maka timbullah gagasannya untuk mendirikan usaha minuman sari buah apel.

Yang demikian itu merupakan ide orisinil. Bukan tiruan atau menjiplak ide orang lain. Henry Ford memulai usaha dengan gagasan untuk membuat mobil yang baik bagi masyarakat banyak dengan harga terjangkau, dan usahanya sukses. Begitu juga Bill Gates yang berangan-angan untuk “mengkomputerkan” seluruh dunia, ternyata melesat begitu cepatnya menjadi raja komputer sejagat.

Ide atau gagasan tidak selalu datang begitu saja tanpa disangka-sangka, sehingga orang tidak akan bisa mengetahui kapan ide itu akan datang. Jangan menunggu datangnya ilham, atau mengharapkan bisikan gaib melalui mimpi saat tidur. Ide harus dikejar, dipikirkan dan dicari. Ini suatu bukti yang menguatkan bahwa kewiraswastaan adalah “kerja otak” bukan “kerja otot”. Gagasan bisa datang dan terjadi kapan saja, maka kita harus selalu waspada. Seperti contoh di atas, pemilik kebun apel ada dalam keadaan waspada sehingga ia bisa mencetuskan sebuah ide besar berdasarkan sebuah kejadian kecil. Kalau tidak, ribuan buah apel bekas dimakan burung yang berjatuhan keatas tanah, tetap tinggal membusuk tanpa arti apa-apa bagi siapa pun.

Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
Email: rusman@gacerindo.com
Blog: http://rusmanhakim.blogspot.com
Group: gacerindo-club@yahoogroups.com
Mobile: 0816-144.2792

http://www.waralabaku.com/artikel_detil.php?aid=6

sumber: Gacerindo.com

SELAMAT HARI NATAL DAN TAHUN BARU 2010

Bisnis Sumut Mengucapkan :
" Selamat Hari Natal ( Bagi yang merayakan ) dan Tahun Baru 2010 "

" Dengan menumbuhkan semangat membangun Indonesia , menambah skill / kemampuan kita untuk kemandirian diri kita dan menumbuhkan kejujuran dari diri kita demi tujuan kebahagiaan orang banyak ,semoga Indonesia akan terus maju !!!

Salam ,

Bisnis Sumut